Kabar-online, Manado- Jelang pelaksanaan Pemilu tahun 2024, Sulawesi Utara diperhadapkan para fakta dimana Sulut termasuk daerah dengan tingkat kerawanan pemilu tinggi.
Dari data yang dipaparkan Dr Irene Tangkawarow sebagai salah satu narasumber dalam kegiatan Sosialisasi Kelembagaan Pengawas Pemlu bagi Stakeholder Bawaslu, Sabtu (23/12/2023) di hotel Sintesa Peninsula Manado, Sulawesi Utara berada di posisi kedua dalam tingkat IKP (Indeks Kerawanan Pemilu) Provinsi dengan persentase 87,48 persen, berada setingkat di bawah DKI Jakarta di peringkat pertama.
Dia mengatakan penilaian Indeks Kerawanan Pemilu (IKP) Provinsi secara garis besar terbagi dari empat dimensi. Pertama dari konteks sosial dan politik. Kedua penyelenggaraan pemilu. Ketiga kontestasi dan keempat partisipasi dan di dalamnya ada 61 indikator.
“Semakin tinggi kejadian yang ada di tiap indikator itu maka semakin besar nilai IKP-nya,” ungkap Irene sebagaimana informasi yang dia peroleh dari Puslitbangdiklat Bawaslu RI.
Tangkawarow menyebut pengrusakan kantor penyelenggara pemilu salah satu daerah di Sulut pada pemilu periode sebelumnya menjadi salah satu dari sekian banyak indikator yang mempengaruhi tingginya IKP Sulut.
Sementara itu, Fentje Bawengan menambahkan selain pengrusakan kantor, money politic atau politik uang juga turut menjadi faktor penyebab. Sehingga itu perlu peran masyarakat dalam pengawasan pertisipatif untuk mencegah pelanggaran pemilu.
Dia menjelaskan money politic ini tidak hanya membagi uang. Tapi ada juga pemberian sembako, voucher belanja, kegiatan yang disponsori caleg dan beberapa modus lain.
“Dalam undang-undang (nomor) 7 tahun 2017, pemberi dan penerima sama-sama kena (hukuman),” tegasnya.
Sejumlah informasi terkait pemilu juga disampaikan dalam sosialisasi yang digagas Bawaslu RI di Kota Manado. Kegiatan ini dihadiri Tenaga Ahli Bawaslu RI, Dr Wenly Lolong dan dibuka secara resmi oleh Komisioner Bawaslu Sulut, Steven Linu S.S MAP. Ketua Bawaslu Kota Manado, Briliant Maengko SE ME menjadi moderator dan menghadirkan empat narasumber yakni Fentje Bawengan, Steven Sumolang, Presly Prayogo dan Dr Irene Tangkawarow. Sebagai peserta organisasi kepemudaan, ormas, LSM hingga insan pers.
Redaksi