KARIER politik Steven Kandouw, sama dengan kebanyakan politisi, tidak selalu berjalan mulus. Sering ia harus melalui kerikil-kerikil tajam selama menyandang predikat sebagai politisi. Ia menyadari betul, rintangan dan tantangan bahkan kegagalan, adalah resiko yang harus dihadapi.
Seperti yang dialaminya saat pertama kali menjadi calon anggota legislatif di tingkat kabupaten pada tahun 1999. Di pesta demokrasi pasca orde baru ini, ia gagal menjadi anggota Dekab Minahasa. Penyebabnya, saat itu sistem pemilihan yang digunakan adalah nomor urut. Dan pada saat itu ia tidak mendapatkan tempat di nomor urut jadi.
Jika dingat-ingat, menurutnya dalam suatu kesempatan, pada saat itu ia tidak mempermasalahkan ditempatkan di nomor urut kesekian. Jangankan kecewa. Sebaliknya sebagai politisi muda, ia merasa bersyukur mendapatkan kesempatan menjadi calon wakil rakyat. Di kemudian hari, ia menyadari kegagalan yang dialaminya saat pertama kali ikut pemilu adalah sukses yang terunda. Ia mampu menerima kegagalan dan menjadikan pengalaman itu sebagai peluang untuk meraih keberhasilan di kemudian hari.
Usai pemilu pun, ia tak mengendurkan semangat untuk terus berjuang di partai yang dikenal partai wong cilik ini. Insting politiknya ini di kemudian hari tepat. Kendati ia mengaku pilihannya bergabung dengan partai berwarna khas merah ini di awal-awal era reformasi, sempat mendapatkan tantangan.
Steven tidak keberatan memulai karier di partai berlambang Kepala Banteng ini, dari level bawah. Lulusan FISIP Universitas Indonesia ini, mengawali pengabdiannya sebagai Ketua PAC Toulimambot. Usai gagal di pemilu 1999, justru membuatnya makin bersemangat berjuang di partai. Ia terpilih sebagai Wakil Ketua DPC PDI Perjuangan Minahasa.
Jalan politik yang dirintisnya mulai terbuka saat Pemilu 2004. Figur yang suka bercanda ini, terpilih sebagai anggota DPRD Sulawesi Utara. Di gedung cengkih inilah, bakat politiknya makin diasah. Bintangnya makin bersinar terang. Itulah sebabnya pada saat penjaringan top eskekutif di Minahasa, Steven diplot sebagai calon wakil bupati mendampingi Ir. Roy O. Roring.
Selama kampanye, sosok yang hobi membaca ini dikenal sebagai salah satu singa podium. Kata-katanya sering menghujam tajam. Intonasinya terdengar garang. Orasinya yang sering membakar semangat ini, membuat Steven makin populis. Tapi apa mau di kata. Kendati telah mengerahkan seluruh kemampuan dan berkeja keras, pasangan ROR-SOK ini tidak terpilih. Perolehan suara paket yang diusung PDI Perjuangan ini, masih belum cukup untuk jadi pemenang. Padahal saat itu banyak analis politik memprediksi pasangan tersebut bakal keluar memperoleh suara terbanyak.
Pada tahun 2009, Steven kembali mencalonkan diri sebagai anggota DPRD Sulut periode 2009-2014. Di kontestasi politik kali ini, dia berhasil meraih suara signifikan. Steven dipercayakan sebagai Wakil Ketua DPD PDI Perjuangan Sulut. Kerja-kerja politik dijalankannya dengan konsisten. Makanya, pada Pemilu 2014, dia berhasil meraih suara terbanyak. Di Dapil Minahasa-Tomohon, Steven meraup 33.649 suara. Perolehan suara itu menghantarnya ke kursi Ketua DPRD Sulut.
Sejak dipercayakan sebagai Wakil Ketua DPD PDI Perjuangan Sulut, Steven makin sering tampil di kegiatan-kegiatan partai. Dia sering didaulat untuk menyampaikan materi di acara pendidikan dan pelatihan kader partai. Ada satu ilustrasi yang disering dijadikan contoh olehnya. “Kalau mengaku kader partai, harus seperti batu kristal. Dibuang di tempat sampah, atau dibuang di tempat becek pun, batu kristal tetap akan bercahaya,” tuturnya memberi ilustrasi.
Di dunia politik, menurutnya, agar bisa bertahan politisi harus loyal kepada rakyat, partai dan bangsa . Termasuk dedikasi dan integritas. Bahkan, baginya politisi akan makin matang apabila pernah mengalami kegagalan. “Politisi perlu diuji, apakah mampu dan berani menghadapi tantangan atau tidak. Kalau tidak mau diterpa ombak, jangan dirikan rumah di tanjun. Kalau tidak mau mengambil resiko dan gagal, jangan jadi politisi,” katanya.
Buah dari konsistensinya, pada tahun 2015, mantan Ketua GABSI Sulut ini dipercayakan sebagai Cawagub Sulut. Menariknya, proses penetapan dirinya sebagai kandidat orang nomor dua di Sulut ini, berlangsung cepat dan cenderung mengejutkan. Sebagai politisi, pasti memiliki impian untuk menjadi top eksekutif. “Saya terus terang kaget saat dihubungi Pak Olly Dondokambey, untuk mendampingi beliau di pilgub. Tapi sebagai kader partai, saya anggap permintaan Pak Olly adalah perintah yang harus ditaati,” kenangnya.
Rasa kagetnya beralasan. Karena Steven baru saja menjabat sebagai Ketua DPRD Sulut. Apalagi, pada saat proses penjaringan bakal calon wakil gubernur, politisi kawakan ini tidak mendaftar. 5 kader internal yang terjaring yakni H.R Makagansa, Jabes Gaghana, Toni Supit, Teddy Kumaat dan James Sumendap. Duet Olly-Steven kemudian terpilih di Pilgub Sulut 2015. Siapa yang menyangka, Steven yang gagal saat menjadi Calon Wakil Bupati Minahasa, akhirnya terpilih sebagai Wakil Gubernur Sulut selama dua periode.
Bersambung